Sufisme dan Modernitas di Turki
Pada masa tersebut daerah turki dalam
kekuasaan kedinatian Turki Utsmani. Pada masa tersebut secara kepemimpinan
langsung dipimpin. Yang mana pada daerah Turki sendiri menurut saya sama halnya
dengan yang ada pada Nusantara khusunya pada daerah Indonesia. Pada daerah
tersebut tarekat menjadi suatu gagasan atau topik utama dari lain sebagainnya.
Tarekat pada saat zaman tersebut lebih-lebihnya berfokuskan pada tiik segi
politik , sosial, dan ekonomi. Dan pada sat waktu tersebut dimana zaman
Ustmaniyyah tarekat sufi tersebut sekan-akan bergerak secara sembunyi-sembunyi,
lantas sesuadh Turki melihat bahawasannya latar belakng dari turki sendiri
berawal dari berdirinnya Ustmaniyyah atau Turki Ustmani maka Tarekat Sufi
tersebut berusaha dalam memasuki pada era Uni Eropa.
Modernitas dan
Spritualitas Islam dalam Jaringan Baru Sufi Indonesia
Dalam tradisi sufi Indonesia, baynak
mengalmi hal-hal sasaran pembatasan ganda disaat abad ke-20. Dari dlam
komunitas muslim lokal oleh kaum modernis dan dari kalangan luar oleh ilmuwan
sosial untuk menguji teori-teori kasus di Indonesia. Kaum modernis Hindia,
Belanda yang mengalami peralihan pada abad ke-20 yang di ilhami oleh para
pembaru kawasan di Timur Tengah. Meskipun sejumlah pembaru modernis di Timur
Tengah tetap mengapresiasi tradisi Sufi
di Hindia Belanda tarekat menjadi sasaran kritik. Dikarenakan dituduh kaum sufi
banyak melakukan kesyirikan. Karena menganggap mursyidnya sebagai Tuhan ke 2.
Dan kaum sufi banyak memepercayai dewa lokal dan banyak adat istiadadt yeng menentang
syari’at Islam. Dan mereka dituduh terlalu berlebihan dalam menghormati
gurunnya atau syekhnya sehingga menyimpang dari ajaran tauhid.
Selanjutnya abad ke 20 banyak pengamat
yang sangat berpengaruh tentang masyarakat muslim. Tentang msayarakat musim
yang memandang sufisme islam sebagai sebuah marginalisasi bagi masa depan.
Dalam pandangan kaum modernisme sufisme dipastikan akan pudar mengingat
perubahan sosial modernisme sangat membantu pergantian ritual emosional sufi
dan praktik mistik dengan skriptualisme
dengan para ulama ahli fiqh (fuqaha) dan mufasir yang berpusat di kota.
Bagi kaum Urban awm yang memiliki
kecenderungan modernis, ciri-ciri tarejkat yang tidak menarik itu bukanlah
sekedar dugaan penyimpangan doktrinanya. Popularitas, spitualitas sufi yang
mengejutkan belakangan ini di Indonesia terutama dikalangan kelas menangh dan
atas muslim terdidik dan taat, menantang kita untuk memahami bagaimna kaum
muslim modern dapat mengatasi setidak-tidaknya sebagaian penilaian negatif oleh
generasi sebelumnnya.
Analisa
Dilihat pada kedua ertikel atau text
diatas, dapat dianalisisi bahwasannya kedua hal tersebut berkaitan dengan
sebuah taerekat dalam sebuah urban. Yang mana kedua hal tersebut jika dilihat
pada segi tarekat yang berkembang merupakan suatu hal yang sangat
diagung-agungkan oleh para sufi, sehingga menimbulkan suatu kesimpulan yaitu
tarekat sebgai tuhan ke dua atas para sufi. Dari dampak itulah pada segi
Indonesia tarekat tersebut agak sedikit mengalami suatu permsalahan terkait
atas perisitiwa itu sedangkan pada segi Turki, tarekat sufi yang berkembang
pada saat itu dengan suatu metode sembunyi-bunyi unutk memasuki wilayah dari
uni eropa yang berpusat pada segi sosial, ekonomi dan politik. Dan jika dilihat
pada zaman sekarang atau zaman millenil tarekat tersebut mengalami suatu
perubahan yang mana perubahan tersebut mengarah pada segi media dalam
pembelajaran, jika dilihat padazaman klasik dan kontemporer tarekat tersebut
lebih berfokus pada segi amalan serta pada kontemporer tetap sama cuman sudah
mulai berbaur dengan masyarakat disekitar khsusunya pada daerah kota yang
keduannya berintikan sama dalam hal konsep cuman dalam segi pembelajaran atau
media tersebutlah yang mengalami perubahan dengn menyesuaikan zaman yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar