Breaking

Selasa, 11 Januari 2022

Januari 11, 2022

ANALISIS PERSPEKTIF SALAFI MADZHAB AL-ASY’ARI DALAM MEMAHAMI AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH

        Ahlussunnah Wal Jama’ah atau dalam kesehariannya disebut sebagai Aswaja pada hakikatnya adalah ajaran Islam seperti yang di ajarkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Karena itu secara embrional Aswaja sudah muncul sejak munculnya Islam itu sendiri. Namun penamaan Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai nama kelompok belum lahir pada masa Rasulullah SAW, tapi baru muuncul pada abad ke-3 Hijriyah. Dalam catatan para ulama, al-Imam al-Hafizh az Zabidi adalah salah satu dari sekian banyak ulama yang merekam istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dalam karyanya "Ithaf as-Sadah al-Mutaqin (II/6)," beliau mengatakan :

    Bila Ahlussunnah di sebutkan, maka yang di maksud adalah pengikut madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi.”            


Pada perkembangannya, Nahdhattul Ulama (NU) menjadi salah satu organisasi kemasyarakatan keagamaan bahkan yang terbesar di dunia yang meformulasikan Aswaja sebagai dasar ajaran keagmaannya. Kerangka pemahaman Aswaja yang di kembangkan NU memiliki karasteristik kusus yang mungkin membedakan dengan kelompok muslim lain, yang berporos pada tiga ajaran pokok dalam Islam, yang meliputi : bidang akidah, fikih, dan tasawuf. Dalam bidang akidah yag di ikuti ahlussunnah waal jama’ah khususnya NU adalah pendekatan pemikiran-pemikiran akidah Abu al-Hasan al-Asy’ari Abu Mansur al-Maturidi, di bidang fikih mengikuti model pemikiran dan istinbat hukum empat Imam Madzhab (Aimmah al-Madzhaib al-Arba’ah) yaitu Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Maliki dan Imam Hanbali. Sedangkan di bidang tasawuf, NU mengikuti polla pendekatan al-Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali. Madzhab al-Asy'ari merupakan aliran teologis yang di ikuti oleh Nahdhatul Ulama, juga merupakan madzhab terbesar dalam sejarah Islam. Madzhab ini di ikuti oleh mayoritas kaum muslimin dari dulu hingga kini serta di dukung dan di sebarluaskan oleh mayoritas ulama Islam dari latar belakang keilmuan yang berbeda, mulai dari ahli tafsir, ahli hadits, ahli fikih, ahli gramatika, bahasa, sastra dan lai-lain. Sebagai sebuah madzhab pemikiran yang doktrin-doktrin dan gagasan-gagasannya telah di uji oleh sekian banyak ulama terkemuka sepanjang masa, tentu saja memiliki kedalaman dan keluasan konsep-konsep dalam bidang akidah yang hanya mampu di kuasai oleh orang-orang yang memiliki ketajaman daya fikir dan ketekunan dalam belajar dan mengkaji. Meskipun demikian, mungkin karena sulitnya mencerna konsep-konsep akidah madzhab terbesar ini, tidak jarang membuat kalangan tertentu menaruh curiga dan terkadang memfonisnya telah keluar dari tuntunan al-Qur’an, sunnah dan manhaj ulama salaf yang shaleh. Khususnya bagi orang-orang yang beraliran salafi yang tentunya tidak selalu sefaham dengan aswaja, mereka banyak mengkritik dan mempertanyankan segala hal yang ada di dalam aswaja. Ada salah satu pertanyaan yang terkenal dari orang yang beraliran salafi, pertanyaannya seperti ini : 

            Kalau memang Nahlatul Ulama mengklaim mengikut Madzhab Ahlussunnah Wal- jama’ah, mengapa mengikuti madzhab al-Asy’ari, kok tidak mengikuti ulama salaf yang saleh saja yang memang benar-benar Ahlussunnah Wal-jama’ah..?”.

              Dari Pertanyaan laki-laki salafi yang sederhana ini pada dasarnya belum pernah terlintas. dalam pikiran orang-orang Nahdliyin selama ini. Dan di sinilah kritika para kaum salafi dilihatkan, mereka berspektif kalau Madzhab al-Asy’ari belum tentu Ahlussunnah Wal Jama’ah. Keyakinan mereka terhadap al-Asy’ari belum secara sepenuhnya yakin bahwa beliau adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Belum puas dengan kritiknya yang tadi, dari mereka kaum salafi bertanya lagi seperti ini:

           Apakah dali-dalil yang menunjukan bahwa madzhab al-Asy’ari itu Ahlussunnah Wal Jama’ah atau al-firqah al-najiyah ?

            Pada kesimpulannya yang bisa di tangkap dari pertanyaaan tersebut adalah bahwa anggapan mereka tentang madzhab al-Asy’ari itu bukan Ahlussunnah Wal-jama’ah. Madzhab al-Asy’ari tidak mengikuti ajaran ulama salaf yang saleh, dan pada gilirannya Nahdlatul Ulama bukan Ahlussunnah Wal-jama’ah. Tentu saja pertanyaan ini sangat mengejutkan, bukankah sebagian besar kitab-kitab tafsir dan hadits yang menjadi materi kajian para ulama yang bermadzhab al-Asy’ari seperti al-Imam al-nawawi, al-Hafizh al-Sakhawi, al-Hafzh al-Suyuti dan lai-lain? Bahkan sebagian besar literatur dalam berbagai bidang yang menjadi rujukan para pakar dan mahasiswa yang ada di Saudi Arabia juga ditulis oleh para ulama yang bermadzhab al-Asy’ari? Apabila para ulama tersebut bukan Ahlussunnah wal-jama’ah, lalu melalui siapa mereka mempelajari agama Islam? 

         Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tersebutlah makalah ini saya susun. Seiring berkembangnya arus globlalisasi yang menawarkan banyak wacana, pemikiran dan bahkan ideologi yang tidak jarang yang tidak jarang sangat bersinggungan dengan ranah ideologi dan bahkan tidak jarang bersinggungan dengan ranah ideologi nahdliyyin, melahirkan berbagai problem yang harus di hadapi dan di berikan jawabannya secara cerdas dan ilmiah.



Dabir :
Aurelia Jesura Widho Pradani (E91219069)


Kamis, 26 November 2020

November 26, 2020

TANDA TANYA; DISPOSISI AKU YANG HANYA BERBATAS



Orang adalah sebutan khas manusia saat menyandang gelar sadar akan kelanggengan hidup yang empirik, sedang Anak merupakan sapaan pada manusia yang masih muda keadaan segalanya. Saat itu pula sebutan mikrokosmik meraih keuntungan bagi manusia sebagai ciptaan-Nya. 
“Ciptaan-Nya....???”
“Ya... Ketahuilah saya diciptakan untuk apa, dengan apa, sebagai apa dan pada siapa. Ya hanya padanya.”
Dialektis tersebut menerawang akan masalalu yang tak bisa ditawar. Saya menginginkan sebuah roti yang tidak ada rasa tawarnya, namun saya mencari roti itu ditengah kolam renang PDAM. Lelucon ini terkadang banyak yang berbakat menghelatkan sebagai canda politis, seperti Legislatif yang lupa tanggal saat bertugas, Eksekutif salah alamat saat macak rentenir, dan bahkan Yudikatif yang gagal dewasa saat kutbah.
“Keadaan genting seperti itu boleh lah disebut #gupuh”
“What...!!! Gupuh....!!! Kita tau kalo jam dinding selalu berputar ke kanan, namun kita juga tau kalau tinggi dinding selalu diatas rata-rata manusia. Sebab kalo manusia bisa menggapainya dengan mudah, tidak menutup kemungkinan jam dinding itu diputar senikmat gerak gewetannya”
Itu pula fundamentalisme trilogi penyandaran hukum. Antara “seng rekoso, seng noto, lan seng ngendiko”,tak terlepas dari itu semua manusia modernis era bonus demografi ini seyogyanya sedang duduk ditengah kursi tanduk (antara tertusuk kebawah atau terngiang melambung tajam), sebab kemauan manusia terkadang tak sesuai dengan action di sosial. 
Jangankan social building, membangun rumah tangga pun tak bisa terlepas dari hujjatan tetangga, lebih parahnya untuk memulai atau membangung kepribadian keluarga pun harus dapat menerima hujjatan dari keluarga itu sendiri. Tak heran bukan, para pepatah selalu menuturkan diksi yang logis, sebab mereka sedikit banya pernah menyoal secara solutif di catatan hidup mereka. 
“Bicara  soal catatan, loe tau kaga kalo hari ini lagi boming bomingnya covid-19?”
“Ya tau lah... gimana bisa ga tau kalo tiap hari gua dibully ortu di rumah karna ga ada kerjaan,/padahal gua lagi jihad jadi pecundang”
“Wkwkwk.... Trus gimana tanggapan loe terkait hal tersebut?”
“Jadi gini mad, sebenernya gua enggan angkat bicara soal covid-19, tapi gimana lagi kalo loe dari tadi nyemprotin gua mulu... Risih tau ga..!! Oke langsungan ae, gua tu sebenernya kaga tega terhadap bapak sama emak gua kalo kaga ada penghasilan tetap, secara belio emang bukan pekerja kantoran yang dapat asuransi, logikanya kan kalo belio macet, di rumah gua juga kena mcetnya dong, walaupun gua ga menggantungkan hidup pada belio yaaa kasian aja lah,,,, tapi faktanya pandemi ini makin lama makin jadi dan ,,,, WOW...!!! makin pelik tau kalo dibiarin, gua disini sebagai pemuda pecundang mungkin hanya bisa berteriak, ayo rek; mosok negoro mraekno instansi melalui pernyataan publik, trus jumatan dipraekno di beberapa masjid gede terus terusan....? Kalo sekali-duakali mah gamasalah, lah iki... Malah jadi peluang rebahan.. ya Allah,,, perlu diulas lagi mungkin yo, bahwa suatu kewajiban Agama hukumnya tak dapat di ganggu gugat terkecuali ada dalih yang mendesaknya (dhorurot), itu pun tak semena-mena ngolahnya. Kalo bahasa gua nih, Agama mah absolut lut lut... Eh... Malah ini, anak yang baru lahir dan sok sokan punya mitra tinggi ngomong kalo jumatan diliburkan sementara,, ya kalo satu kali dua kali mah gapapa mad... Tapi klo sampe 3 kali itu mah njeblosin gue ke neraka namanya ..... Gua kaga peduli pokoknya kalo mereka itu saling menguntungkan (agama dan arek tas lahir/birokrat), yang penting namanya kewajiban ya wajib gua lunasin lah... Maap ni boleh kata,,, maap banget kalo kaku..” Sambil ngos-ngosan minum.
“owalah... Jadi gitu ya pendapat lo.”
Seolah tak terjadi apa-apa mungkin bahasanya si Sutong, tapi lain sisa ia juga mempertanyakan lajur kanan dan kiri “antara yang baik dan yang buruk, yang melawan dan yang dilawan, yang kapitalis dan proletar, yang diserang dan yang menyerang” mereka tiap hari ngobrol dan saling menarasikan kegagalan lawannya, sebagai satu narasi yang diamini kadernya; kita wajib menyuarakan demi kedaulatan komoditas kita. Daulat seperti inilah yang seolah mendekonstruksi kemaslahatan ummat, padahal jika ditatar secara normatif, ini merupakan suatu momentum yang reaksioner, dan bahkan bisa mengkonstruk keberagaman (pluralis)-lah bahasanya Abdur Rahman Wahid. 
“Kemudian apaa tanggapan loe mad, menyoal hal yang kelihatannya abstrak ini?”
“Kalo menurut gua sih gua berbincang-bincang hal ini sampek keriput juga kaga mungkin ada perubahan mad”
“Lololo... Lah teros... Loe mau gulung tikar gitu? Ato loe seneng mereka kesusahan?”, sambil melotot shok.
“Bukan gitu maksd gua mad. Maksd gua; emang sih gua belom punya power disitu, tapi setidaknya gua sadar dan partisipatif lah dengan sabar dan tawakkal, walopun gua geramener e... Wkwk... Piye maneh mad, seolah tak berdaya gua jika loe nanyain hal kaya gituan ke orang goblok kaya gua. Emang sih ada benernya terkadang, pun itu tak aneksasi ini juga ga sepenuhnya peluang bagi mereka, gua sebenernya juga bisa nyari peluang, tapi apa perlu mereka harus bersakit-sakitan berlama lama hanya ulah gua... Ya ga mungkin lah... Tapi gapapa, gua kembalikan lagi, gua disini berposisi sebagai microkosmik yang tak berpower, biarlah kepentingan mereka nunggangin trilogi hukum tadi, gua macak polos ae lah.”
Anatomi payah mereka sekarang barangkali terlacak oleh kalian yang sedang pada di rumah. Diferensiasi manusia secara fungsional mungkin membuat manusia semakin lockdown dalam aktualisasi hari ini, namun tak terlepas dari itu makrokosmik juga punya hak priogatif dalam merancang sekaligus menyusun prinsip hidup “manusia butuh kejelasan aksi”-lah menurut Abraham Marslow. 
Jika banyak hal diluar yang menertawakan dan bahkan menunggangi momentum yang hari ini sedang berdialektis dengan mitra pilihan mereka, maka disitulah celah anda untuk mencoba mengevaluasi kecacatan mereka dengan tetap mengkonsumsi realita sementara. Khusnudzon sorang pecundang merupakan wujud semu emanasi diktator. Pecundang merupakan Falsifikasi manusia yang sedang terangkat maqamnya. Disini sang penulis menulis nan sebatas tuang empirik atas kekurangannya. 
Sebelum gua akhiri pembicaraan ga penting ini... ada PR untuk loe loe yang lagi rebahan;
-Mau kemana loe nanti?
-Apakah loe akan mentaati peraturan sebagai oranga yang tak punya power?
-Apakah loe menolak keras pada mereka yang sedang berpower?
-Apakah loe geram dan bergerak melangkah pada pada dogma tertentu?
-Apakah loe terima?
-Apakah loe ambisi?
-Ato loe sedang bimbang dan mengatakan “sedang proses pertimbangan” untuk pengalihan isu?

Tetap khusnudzon, profesional, solutif dan Wassalam sedulur – ssahabat/i - rekan/ita - kerabat/i alineasutong.






Pembacod: Kader Begejekan Pacet

November 26, 2020

EMPIRISME SOSIAL KURIPANSARI: KAJIAN “STUDENT NAHDLIYYIN”

 



Kearifan lokal dan kebeneran kontekstual dalam tataran kehidupan manusia mulai merambah dewasa, tak ada yang menolak keabsahan momentum itu sekalipun antar individu banyak yang bersinggungan rasa, contoh saja pada ranting yang selama ini dipandang kebaikannya dimata konsumen ghibah, disitu banyak mengandung unsur anion dan kation molekul arif dan naïf, hal ini dibuktikan pada saat ranting baru terbentuk dua tahun lalu, tepatnya 18 Maret 2018 banyak yang men-support kehadiran para Pelajar Ranting dan bahkan masyarakat setempat menampakkan tangannya saat berteplok-teplok (tidak ada yang bersinggungan secara Nampak).

Namun kian kedua mulailah Nampak perubahan hasil tangan bersama ini, banyak masyarakat yang meras risih jika mendengar kata pelajar NU saja, mulai dari yang beralasan pelajar NU didikannya kurang matang, dan hanya membahas perkumpulan antara lelaki dan wanita di usia pelajar. Banyak para pelajar yang kerjaannya membuang-buang waktu sampai lupa tugas pokok di rumah masing-masing, proposal yang bertebaran dimana-mana saat menjelang PHBI, dan bahkan tak segan-segan bersikap sentimen kepada kawan-kawan sejawatnya dikampung yang tidak ikut organisasi hanya karena sungkan, seolah para pelajar itu memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada yang lainnya. Sementara itu etika yang tumbuh dari gerak dan lisan, baik secara implisit maupun eksplisit para pelajar menggiring kawan sejawat yang ikut andil didalamnya semakin terperosok dalam gelamor fanatis. Sifat fanatis disini tidak saya imbuhi –tif sebab tak semuanya ternodai sifat, boleh jadi prosentasenya dibawah saparuh dari jumlah total. Maka dari itu terkadang sebutan rekan rekanita pula yang menjatuhkan pamor mereka dalam tataran usia pelajar, namun perlu kita garisbawahi bahwa ini hanya wacana masyhur yang tumbuh di tembok sosial Kuripansari.

ENIGMA WACANA

Cobalah merenung sejenak, seorang pelajar yang notabenenya masih meminta-minta uang saku pada orang tuanya masih angkuh berbagi kebaikan dalam berorganisasi, padahal dalam Islam sudah jelas dalih sosial seperti;

Tafsir Al-Muyassar

اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ،  لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ ، وَمَنْ كَانَ فِـيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ ، كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًـا ، سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَة.

Artinya; “Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan membelanya).”

Dari hadis tersebut menjelaskan bahwa orang Islam antara satu dengan yang lain itu dipandang sebagai saudara. Sehingga satu sama lain tidak boleh saling menganiaya. Dan jika kita mendapati seseorang dalam penderitaan ataupun mendapat musibah, hendaknya kita membantunya untuk meringankan penderitaan yang sedang ia alami. Sebagai mu’min sejati, hendaklah merasa bahwa dirinya tidak hidup sendiri,karena teman-teman sesama muslim akan membantu dan mendukungnya baik sedang dalam keadaan senang maupun susah.

Afirmasi otentik dari Q.S Al-Hujurat ayat 10

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُون

Artinya; “(Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”[1]

Sudah jelas bahwa dalam suatu ekosistem maupun populasi makhluk memiliki etika dalam memanusiakan manusia. Sepertihalnya studi kasus empiris yang pernah dialami oleh rekan-rekanita kuripansari (sebut saja Rizkillah, Yusril, Nanang, Alpindang, Hendra, Hasan, Lelly, Dian, Jihan, Intan, Nopret, dsb). Mereka merupakan salah satu kader yang pernah merasakan dinamika naik turunnya tangga, mulai dari cibiran konyol, motifatif, menjatuhkan, dan lebihparahnya khianat dari teman sejawat. Hal tersebut bukan malah menurunkan muru’ah mereka, melainkan sebaliknya derajat mereka mulai dapat sorotan. Saya yakin itu masih permulaan.

PERADABAN SINGKAT

Sentiment pun disikapi dalam memandang orang yang takpunya bakat lebih atas dirinya, padahal segala bentuk bakat organisingnya timbul dari belajar bersama kawan sejawat organisasi. Kemudian pertentangan keluarga, hal fatal ini timbul boleh jadi setelah ataupun sebelum dua hal sebelumnya muncul, sejatinya organisasi memang sangat penting untuk belajar bersosial dan beradaptasi hablu minan nash, namun realitanya keluarga sendiri mangkrak tak terpedulikan kemakmurannya, tidak mungkinah suatu pelajar akan belajar secara intens dan absolute, pada akhirnya nanti akan jelas bahwa segalanya akan kembali kepada keluarga.

Sudah kian 31 bulan telah mereka lalui sebagai pelajar Nahdliyyin, terhitung semenjak dideklarasikannya IPNU-IPPNU tahun 2018, kini sudah waktunya melahirkan generasi neo. Neo disini dimaksud bahwa pembaharu zaman-zaman adalah kader baru, yang dimana kader terbentuk ini nantinya akan membina rumah tangga baru di dalam masyarakat majemuk. Kita tahu pula bahwa masyarakat majemuk Kuripansari yang notabenenya terdiri dari 6 dusun yang tiap dusunnya punya karakteristik istimewa. Katakanlah dusun Sumbergayam yang sebenarnya semangat mengadakan kegiatan, hanya saja terkendala dengan gesekan wacana tetanggan. Keduanya ialah Kandangan, amat semangat kader putrinya jika dibandingkan dengan pelajar puteranya, kita tahu juga bahwa di Kandangan pula hari inilah yang memiliki top global kader terbanyak se Kuripansari, wajar saja secara kuantitas jumlah KK di sana memang paling banyak di Kelurahan. Hanya saja terkendala transport dan geografi yang kurang mendukung di pelbagai kegiatan. Kedungpeluk adalah ketiganya, yang merupakan dusun tersering mendapatkan sorotan struktural, sebut saja IYA. Memang kebiasaan santri selalu melakat di dusun ini, sehingga sejarah mencatat kampung ini sebagai kampong yang nyantrik dan fanatic agama, (dulu). Barangkali sekarang beda, walaupun beberapa sumber suara burung menerangkan bahwa muharrik NU mayoritas lahir di dusun tersebut. Lanjut ke Kahuripan atau biasa dipanggil Kuripan, dusun yang menjadi pusat kajian dan kegiatan ini ternyata masih belum masuk kategori kader tanak, jika dibandingkan dengan dusun yang lain, dusun ini hanya memiliki 3 kader militan dan receh. Hebatnya di dusun Kuripanlah yang mengalami gerakan besar dalam pengelolaan event ranting.

Untuk panjunan dan binatur, sengaja tak memberikan kesan, karna bagian ini kami rasa kurang dari pelbagai macam aspek. Untuk memangkas fenomena antropologi ini perlu berjilid-jilid memerhatikan esensinya. Esensi ialah suatu hakikat hal yang pokok dalam disiplin ilmu filsafat. Esensi yang dimaksud yakni segala bentuk kejadian manusia ataupun kausa manusia dalam menjalani hidup selalu memiliki motif, disitulah motif akan terbentuk dengan komoditas masing-masing individu pelajar Nahdliyyin, baik horizontal maupun vertikal.

EFEKTIFITAS TEORI

Banyak masyarakat yang tahu bahwa 2020 ini merupakan catatan besar revolusi sejarah dari modern menuju post modern. Sehingga mengusung pula perubahan pola gerakan organisasi di pelbagai klaster masyarakat. Sebagai contoh IPNU IPPNU di massa berdirinya tahun 1954 dan 1955, kala itu organisasi yang pro kontra dengan kader lanjutan masyumi dan beberapa ormas lainnya mengalami dilematis akut. Antara memposisikan sebagai santri pengabdi ataupun santri pembela, lambat laun mengalami perubahan mulai nama dan ditambah lagi sisi administrasinya (lihat sejarah perkembangan IPNU-IPPNU), pun diperkukuh demi kesatuan ideologi “nderek kiyahi”. Sehingga sampai detik ini saya yakin bahwa kelemahan organisasi santri kolektif dan kompetitif ini dapat ditutupi dengan teori Clifford Greetz.

Dalam bukunya Daniel L. Pals, Greetz menceritakan bahwa kebutuhan organisasi religi abad 20 kemarin terlalu fokus pada peletakkan posisi organisasi diantara teoritikus yang dibahas dalam karangan budaya spiritual, sehingga menurut pandangan masyarakat majemuk, organisasi ini terlalu kolot dan tak bermartabat dihadapan bangsa pemeluk Pancasila.[2] Sebagai solusinya pemuka ataupun pegiat ormas ini harus menawarkan konsepsi sebagai tokoh antropologi interpretative di abad 21.

 Sedang menurut Emil Durkheim, jika berbicara soal religi basis masa lebih tepat mensubordinasikan religi hanya sebatas “implikasi logis” dari terciptanya struktur masyarakat. Senada dengan hal itu Karl Marx menjastifikasi madzab atau kepercayaan hari ini menjadi kaca mata kuda bagi para pecandu pengikutnya.

Titik tolak aksipoma (pernyataan yang diterima tanpa bukti) seseorang yang memposisikan teori organisasi adalah dengan menempatkan karya-karyanya dibarengi dengan aktualisasi logis. Karena adanya pemikiran primitif menimbulkan rangsangan ekstase pada kebutuhannya akan candu organisasi. Sedang kebutuhan teori haruslah tetap konsisten dengan instruksi hierarkis masing-masing organisasi, sepertihalnya efektifitas PR Kuripansari menahan problematika atasnya (Alumni, Pembina, PAC, PC , dst). Lain daripada hal itu, dilihat dari argumentasi alumni tak selalu dapat dianggap sebagai kegagalan, hanya saja dari sudut pandang ini akan menimbulkan paradigma pembanding untuk kekayaan dinamika organisasi.

KONKLUSI

                Sebagai seorang pengamat organisasi Nahdliyyin yang baik, seharusnya seorang kader lebih mendahulukan toleransi, dan meninggalkan obyektifitas lingkup keluarga. Seperti ujar Abdur Rahman Wahid dalam skripsi Wahyu Setiawan (mhs. UIN Lampung/pengamat pemikiran Gus Dur), yakni segi-segi toleransi meliputi; 1) mengakui hak setiap orang, 2) saling menghormati keyakinan setiap orang, 3) agree in disagreement “setuju dalam perbedaan”, 4) saling mengerti dalam pelbagai kondisi sosial.[3] Hal ini dapat diterapkan di ormas basis religi “IPNU-IPPNU”, sebab nilai tasammuh (toleransi) yang dibawa dapat mendorong  potensi basis massa dan mensublim cibiran akut sosial.



Penulis : Rizkillah

Editor : Team Alinea Sutong

 



[1] https://www.kompasiana.com/rahmaankhairulanwar

[2] Pals Daniel L., Seven Theories of Religion (Jogjakarta: IRCiSoD, 2011), Cet. I, 17.

[3] Setiawan Wahyu, “Toleransi Beragama Menurut  Abdurrahman Wahid dan Kontribusinya dalam Pendidikan Agama Islam” (Skripsi—UIN Raden Intan, Lampung, 2018), 14.

Minggu, 08 Desember 2019

Desember 08, 2019

PERSEPSI DALAM DUNIA KITA


Opini :




Pada lebih dari dua ratus tahun silam George Berkeley berargumen yakni “Dunia kita adalah persepsi kita. Dunia adalah dunia sebagaimana kita mempersepsikannya”. Sikap kita kepada orang lain dandunia keseluruhannya tergantung kepada persepsi yang bercokol pada pikiran setiap orang.

Kita sering berasumsi di dalam kepala kita yang sebenarnya tidak cocok dengan keadaan yang ada. Persepsi-persepsi kita yang salah menimbulkan konflik dan beberapa ketegangan di dalam hidup manusia, dalam tingkat pribadi ataupun sosial. Ada beberapa orang yang merasa, bahwa kebenaran mutlak harus sesuai 100% dengan kenyataan adalah persepsi, merupakan orang yang hidup dalam delusi. Dalam teori-teori Marxis menyebutnya sebagai ideologi yang meyakni kesadaran palsu tentang dunia.

Siapapun yang hidup dalam ideologi berarti ia hidup dalam kepompong kebohongan. Seluruh pendapat dan pikiran yang lahir dari ideologi sesaat muncul pada kepalanya. Tak heran bila, semua pendapan dan analisis begitu dangkal, karena hanya selalu mengikuti kesepakatan berfikir setiap hari yang ada di masyarakat majemuk. Manusia hidup dengan dipenuhi perasangka dan kesesatan berpikir saat melihat orang lain dan masyarakat.

Anatomi persepsi

Bagaimana persepsi ini terbentuk? Dan darimana asal persepsi yang bermula di kepala kita? Jawaban dalam pertanyaan yang dapat dikatakan dengan tegas di masyarakat era modern ialah media massa. Kita dapat melihat dunia dari kaca mata media yang kita baca sehari-hari. Sangat tidak berlebihan jika kita adalah hasil dari apa-apa yang kita baca sesaat sebelumnya, dalam artian sangat empirik.

Dalam mempersepsikan sesuatu, kita telah dibentuk oleh pengalaman pribadi sebagai manusia. Saat berjumpa dengan orang lain menambah pengaruh persepsi kita terhadap orang tersebut. Tetapi, Karl Popper menegaskan bahwa setiap pengalaman tidak lepas dari pemahaman. Dalam pengalaman tidak ada yang murni, sebab segala bentuk pengalaman selalu dibungkus oleh pra-paham yang sudah ada sejak dulu di kepala kita. Manusia selalu tidak paham dan tidak sadar dengan pra-paham yang muncul pada kepalanya. Sebabnya, mereka kira hanya begitu saja, jika persepsinya merupakan kebenaran, atau mungkin persepsiya sesuai dengan kenyataan yang ada.

Marxis menyebut dalam teorinya bahwa pra-paham sesat yang tak disadari ini disebut juga sebagai hegemoni. Siapapun manusia yang hidup dalam hegemoni akan terjebak dan sesat saat berfikir, meskipun seseorang tersebut tidak menyadarinya.

Pemahaman yang salah dalam hegemoni terlihat seperti benar. Hegemoni bisa membuat orang menjadi terjajah, meskipun seseorang itu tidak merasa terjajah sama sekali. Hegemoni merupakan tingkat menipu yang sangat global, tetapi setiap manusia tidak menyadari bahwah itu sebuah bentuk penipuan. Dan siapakah pencipta dan penemu hegemoni?

Hegemoni Media

Yaitu media massa saat ini lah yang merupakan pencipta sekaligus melestarikan hegemoni. Tetapi, institusi yang netral bukan lah media massa. Dalam setiap pemberitaan yang ada selalu ada kepentingan untuk untuk melestarikan hegemoni. Tujuannya sangat jelas, yakni keadaan sosial politik yang berusaha untuk mereka lestarikan, dan saangat dapat menguntungkan mereka, padahal itu sangat merugikan banyak orang yang membaca media massa.

Dan dapat diartikan ini jika dikatakan tidak berlebihan, media massa dapat dikatakan sebagai aktor sekaligus alat untuk melalukan pencucian secara bersamaan dalam tingkat global. Berita-berita yang terkuak selalu memberitakan dari sudut pandang tertentu yang membuat sudut pandang yang lainnya tertutupi. Dari pemberitaan menimbulkan persepsi, setelah itu dari persepsi itu mengakibatkan brerbagai bentuk kebijakan yang menentukan hidup mati banyak orang. Bahkan, mengentalnya persepsi menjadi sejarah dan sekaligus ingatan kolektif yang menjadi dasar identitas suatu kelompok.

Hegemoni dan ideologi juga melumuri persepsi yang melahirhan bentuk diskriminasi beragama dan rasisme. Hanya karena warna kulit yang berbeda kita dapat membeci orang itu. Tetapi, otak kita telah dicuci oleh pemberitaan dari media, sehingga kita dapat meyimpulkan dengan mudah hal yang sebenarnya salah menjadi benar atas pemberitaa tersebut.

Dari persepsi yang salah semacam ini dapat melahirkan banyak program politik. dari persepsi yang salah ini melahirkan mungkin ada segudang undang-undang di Indonesia, mulai dari soal rekonsiliasi terkait kejahatan pada masa lalu, impor beras, hingga kebijakan bodoh yang mempersoalkan keperawanan pelajar tingkat sekolh dasar. Persepsi yang salah tampak pada berbagai hal, pada tingkat global saat ini. Satu bagian dunia berpesta pora dalam kemewahan ini, sedangkan banyak orang di bagian dunia lain meninggal, karena sumber air bersih yang tidak mencukupi kebutuhan mereka.








Penulis : Aurelia Jesura Widho Pradani
Editor : www.alineasutong.com

Sabtu, 07 Desember 2019

Desember 07, 2019

KEANEHAN FILSAFAT






Filsafat pada hakikatnya berkaitan dengan cara mencari kebenaran yang menjadi pemicu manusia berpikir, melakukan pengamatan, dan berbagai penelitian. Berfilsafat dapat diartikan melakukan kegiatan berpikir secara menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.

Secara historis, filsafat mencakup inti dari segala pengetahuan. Dari zaman filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles hingga abad ke-19, filsafat alam melingkupi astronomi, kedokteran, dan fisika. Sebagai contoh, Prinsip Matematika Filosofi Alam karya Newton pada tahun 1687 di kemudian hari diklasifikasikan sebagai sebagai buku fisika. Pada era modern, beberapa investigasi yang secara tradisional merupakan bagian dari filsafat telah menjadi disiplin akademik yang terpisah, beberapa diantaranya psikologi, sosiologi, lunguistik, dan ekonomi.

Sub-bidang utama filsafat akademik diantaranya metafisika (berkaitan dengan filsafat dasar realitas dan keberadaan), epistemologi tentang “asal-muasal dan bidang pengetahuan batas dan keabsahannya, etika, estetika, filsafat politik, logika, filsafat ilmu, dan sejarah filsafat barat".

Sejak abad ke-20, filsuf profesional berkontribusi pada masyarakat terutama sebagai profesor, peneliti, dan penulis. Namun, banyak dari mereka yang mempelajari filsafat dalam program sarjana atau pascasarjana berkontribusi dalam bidang hukum, jurnalisme, politik, agama, sains, bisnis dan berbagai kegiatan seni dan hiburan.
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu dan mewakili tentang usaha yang menyajikan pandangan yang berkenaan dengan sistematik dan komplik tentang seluruh kejadian atau seluruh realita yang dikumpulkan oleh objek formal dan material.

Menurut saya, filsafat itu sangat penting, karena kita perlu filsafat agar kita dapat memperoleh ilmu yang belum kita dapatkan. Filsafat dapat menjadi alat bantu dalam mencari jawaban sebuah pertanyaan. Ilmu filsafat juga bisa memutar otak menjadi 180 derajat jika kita mempelajarinya dengar benar.
Mengapa ilmu filsafat selalu memperhatikan ilmu agama? Filsafat memang selalu berhubungan erat dengan ilmu agama karena filsafat hanya menunjang dan memperjelas ilmu-ilmu yang ada di dalam sains agama.

Filsafat itu ilmu yang rumit dan sulit. Buktinya orang-orang yang bergelut dengan filsafat kerap mengutarakan kata-kata dan teori yang sulit dimengerti oleh banyak orang. Mereka kerap mengigau dengan “bahasa-bahasa setan”. Ini kenyataan pertama dalam filsafat. Kenyataan pertama ini memang sulit untuk kita tolak, karena walau tidak bisa diwujudkan dalam bentuk atau rupa tetapi memang kenyataannya seperti itu.

Dalam berfilsafat kita tidak hanya dituntut untuk menemukan sebuah jawaban dari persoalan, tetapi juga dituntut bagaimana sesuatu itu ada sedang bukti itu masih dipersoalkan. Filsafat itu seperti pepatah bentuk air akan sama dengan wadahnya, dengan kata lain, filsafat ada dari pemahaman dan pemikiran orang itu sendiri. Banyak hal yang harus benar-benar dimengerti secara mendalam dalam menemukan jawaban di filsafat.

Dalam berfilosof akan ada titik puncak analisa sebuah pencarian. Hal itu membuat orang-orang yang baru dalam bidang filsafat menjadi pesimis dan berpikir bahwa ilmu filsafat itu sulit dan rumit. Padahal jika dapat menemukan sebuah titik temu dalam berpikir, filsafat itu akan muncul secara langsung dan mengalir dengan pemikiran yang kritis.

Banyak orang yang sulit menangkap maksud dari filsuf itu. Sebenarnya yang membuat sulit itu bukan gagasan filsafatnya, melainkan cara penyampaian orangnya. Banyak filsuf yang terbiasa dengan hal-hal rumit. Hal-hal yang mudah pun suka mereka sampaikan dengan bahasa-bahasa yang sulit. Padahal filsafat itu seringkali berupa persoalan-persoalan mudah.

Tapi, sayangnya, kemudahan itu kerap diperumit oleh orang-orang yang gemar memperumit kemudahan, atau orang-orang yang memang tidak mampu mempermudah hal-hal yang bersifat rumit. Kalau pun memang benar rumit, pada akhirnya jika tekun dalam mencari sebuah makna dari arti sebenarnya, kerumitan itu akan berakhir dengan kenikmatan.

Kenikmatan inilah yang membuat candu bagi orang-orang yang baru di bidang filsafat. Kenikmatan ini akan membuat kecanduan dalam berpikir secara kritis dan logis yang akan membantu mendewasakan diri dalam berpikir dan beranalisa.

Kenikmatan ini menjadi ciri khas sebuah filsafat. Ciri khas inilah yang menjadikan sebuah keanehan dalam berfilsafat. Mengapa disebut aneh? Karena dalam filsafat banyak hal baru yang dimunculkan sedang hal lama tidak dihapuskan. Hal baru itu ialah ide dari sebuah pengekspresian rasa dan pikir yang awalnya tak logis menjadi logis, hal itulah yang bisa merubah kenyataan. Kenyataan dalam berpikir dan berlogika menjadikan tidak nyata menjadi nyata. Itulah keanehan dalam filsafat.












Penulis : Arum Hidayani Sugesti
Editor : alinea_sutong

Jumat, 08 November 2019

November 08, 2019

Product Kaum Victoria





Sebagai Brand pembebasan,,,

Siapa yang tidak mengenal merek ternama yang satu ini? Selain karena dipresentasikan oleh para model kawakan dunia, Victoria's Secret juga dikenal sebagai salah satu merek pakaian dalam perempuan nomor satu di dunia. Satu pasang lingerie yang diperagakan Victoria's Secret harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah di Indonesia. Namun, tahukah Anda sejarah dari merek ini? Tahukah Anda bagaimana awal mula Victoria's Secret terbentuk?

Sebelumnya kenalkan dulu, Era Victoria adalah periode pemerintahan Ratu Victoria dari 20 Juni 1837 dalam sejarah Britania Raya di Inggris. Era ini ditandai oleh periode panjang perdamaian, kemakmuran, kejayaan Britania di kancah internasional, dan tingginya rasa percaya diri nasional warga Britania. Lebih spesifiknya, di masa Victorialah perubahan arah ideologi pemerintah berubah secara besar-besaran, dengan tawaran pembebasan PSK-nya kala itu, yang selalu mengharab KEBEBASAN adalah kebutuhan pokok manusia yang harus dibayar oleh Kerajaan. Maka di abad selannutnya Victoria's Secret hadir sebagai produck...

Kembali lagi dengan Victoria's Secret. Pada pertengahan tahun 1970, seorang pria berumur 30 tahun bernama Roy Raymond pergi ke sebuah department store untuk memberikan hadiah beberapa lingerie kepada istrinya. Namun, sayangnya disana ia merasa dirinya dipandang sebagai seorang pria yang cabul, entah kenapa.

Berangkat dari kejadian tersebut dan beberapa pengalaman teman prianya, Raymond memiliki ide untuk membuka sebuah toko lingerie yang akan membuat para pria merasa nyaman untuk berbelanja di sana. Yang ada di bayangan Raymond saat itu adalah era Victoria, di mana hal tersebut merupakan alasan dari nama Victoria's Secret yang ada sampai saat ini.

Pada tahun 1977 dengan uang sebanyak 80,000 Dolar AS, Raymond dan istrinya menyewa sebuah ruang di sebuah pusat perbelanjaan di Palo Alto, Calif. Dari sini, Victoria's Secret mulai mengubah pandangan banyak orang tentang lingerie. Lingerie tidak hanya tentang kesenangan, namun juga fungsi, praktis, dan daya tahan.

Bisnis Raymond berkembang dengan sangat baik. Katalog Victoria's Secret ditampilkan dengan wanita seksi yang memakai pakaian dalam berenda. Hal ini juga mampu membuat Victoria's Secret menarik pelanggan dari seluruh belahan dunia. Dalam 5 tahun bisnisnya dimulai, Victoria's Secret berhasil membuka 3 toko cabang lagi di San Fransisco. Pada 1982, perusahaan Raymod berhasil meraih omset sebesar 4 juta Dolar AS.

Namun, kesuksesan ini tidak berjalan lama. Menurut para ahli manajemen, saat itu Victoria's Secret mendekati kebangkrutan. Datanglah Leslie Wexner, seorang pebisnis pakaian olahraga bernama The Limited, yang sedang naik daun saat itu. Saat mengunjungi beberapa toko di San Fransisco, Leslie juga datang ke toko Victoria's Secret dan melihat lingerie yang paling seksi yang pernah ia saksikan di Amerika. Seketika itu juga, Leslie memahami kegagalan yang Raymond. Menurutnya, Raymond terlalu fokus terhadap pelanggan pria, sehingga ia kehilangan kesempatan untuk menarik minat dari para pelanggan wanita. Leslie berasumsi bahwa para wanita sama tidak nyamannya dengan yang dialami Raymod ketika membeli lingerie terdahulu. Leslie yang melihat potensi dari merek ini, kemudian membelinya dengan harga 1 juta Dolar AS. Cita-cita Leslie adalah bahwa para pelanggan wanitanya dapat menggunakan lingerie sebagai bagian sehari-hari mereka, bukan lagi untuk acara khusus, seperti bulan madu. Dan Leslie mengakui dengan bangga bahwa para wanita Amerika menerima idenya cemerlang. Leslie ingin mencapai permintaan yang lebih besar dari para wanita dengan menciptakan kemewahan.

Dan keinginan ini terkabul. Para wanita berbelanja di toko dengan para pria yang melihat-lihat katalog. Pada tahun 1955, Victoria's Secret berhasil meraih omset sebanyak 1,9 juta Dolar AS dan 670 toko di seluruh Amerika.

Saat ini, Victoria's Secret telah menjadi merek pakaian paling populer di seluruh dunia, dengan pendapatan mendekati 5 juta Dolar AS setiap tahunnya.
Namun, di luar kesuksesan Leslie dengan Victoria's Secret, kehidupan Raymond berjalan semakin buruk. Setelah menjual perusahaannya kepada Leslie, Raymod masih menjabat sebagai presiden dari Victoria's Secret selama satu tahun sebelum akhirnya keluar untuk membuka perusahaan barang-barang mewah untuk anak-anak yang diberi nama My Child's Destiny di San Fransisco.

Namun karena strategi dan lokasi yang tidak tepat, Raymond mengalami kebangkrutan di tahun 1986. Tidak hanya itu, Raymond juga bercerai dengan istrinya pada tahun 1993. Karena hidupnya yang berantakan, Raymond memutuskan mengakhiri hidupnya dengan lompat dari Golden Gate Bridge, meninggalkan dua orang anaknya yang masih remaja.

Roy Raymond seakan mengajarkan dua hal. Ia berhasil menghapus semua rasa malu untuk membeli pakaian dalam di sebuah toko. Namun, kesuksesannya juga memberikan peringatan bahwa ambisi yang terlalu besar dan tidak tercapai juga bukan hal yang baik.
Sedangkan, Leslie memiliki visi dan kemampuan. Ia membayangkan dunia sebagai sebuah tempat di mana tidak ada satu hal pun yang tidak bisa disebutkan dan membuatnya menjadi kenyataan. Leslie mampu membuat pakaian dalam adalah suatu hal yang sama pentingnya dengan pakaian mana pun.






Pengantar : Bang Evan
Keyword : product, victoria, pembebasan
Editor by : Rizkillah
Support by : DIFILIASI

Selasa, 22 Oktober 2019

Oktober 22, 2019

DISUHAM




DIksi Sutong yang SUsah difaHAM






terngiang grudak-gruduk kereta melintang,
tepatnya disepertiga malam,
gaun berayun di atap gedung langitan,
namun engkau memandangnya sebatas tontonan,
anggap saja malam rebowekasan,
bukan pengapesan,

gulir bergulir suhuf kubalikkan,
tak terasa waktu paradok masuk keangan,
akupun beranggapan,
sampai kapan malam ini kuanggap lamunan,
tersohor hujjatan pikiran,
sinonim pragmatisan,

semakin kompleks diterjang hamparan,
semerbak harum bak penciuman,
kini kau telah usang,
ditelan waktu nan gamblang,

Bangkit dan Tumbang...

sampai kapan dirimu istiqomah menerima sapa'an,
tidak Kah engkau bosan dengan pujian,
pujian apa'an...???
semudah itu ngkau tindas karaktermu,_l
sebagai halu yang nafsu,

Onthoud het..!!!
engkau ada karena-Ku,
sedang riilnya engkau menduakan-Ku,
sungguh bodohnya engkau,
menghalalkan akses toksin si setan,

Jadi...!!!
tetaplah ingat Aku
sebagai pelarian kegelisahanmu

Sadarlah...!!!
wahai kekosongan,
yang sedang susahdifahamkan,

Alerta...!!!
engkau lalai,
Aku abai,
engka dusta,
Aku murka,



Bak Alam nan Sorga-Nya













Thinker : Rizkillah
Designer : Sutong
Oktober 22, 2019

PARADE MEMBACA METODOLOGI NEPOTISME TERHADAP GENEALOGI


 


 
Antaraiksa menerangkan bahwa genealogi merupakan suatu metodologi yang pernah digunakan untuk penelitian. Michail Fauchoult contohnya, ia amenganalisa penelitiannya melalui arsip-arsip yang mengandung diskursus didalamnya. Dalam tataran realitas sosial, rute ekstraksi penarikan garis merah dilandaskan pada realitas sosial, seyogyanya untuk mendapat data yang relevan harus menggunakan diskursus wacana sosiologi.
***
Senada dengan hal itu, kuasa dari realitas sosial perlu ditilik dengan jelih. Sekadar menggapai data yang komunikatif dan subjektif terhadap masing-masing arsipan. “dan diskursus menjalankan kekuasaan dengan empat prinsip, diantaranya : kekuasaan merupakan relasi, kekuatan bersifat menyebar, kekuasaan bersifat produktif dan bekerja melalui normalisasi secara regulative.” Sedang kuasa sekarang masih dianggap diskursi atas kekuasaannya.
***
Secara gamblang genealogi merupakan metode kualitatif dan baru dalam penelitian sosial jika disbanding dengan penelitian sosial yang lain, padahal sejak zaman Rasulullah telah nampak nepotisme-nepotisme kecil dan endingnya menghasilkan pelbagai aliran ideal idealis. Wallahualam….. menyoal untuk memahamkan pribadi Sutong
***
to be continue....




 keyword; Genealogi, Michail Fauchoult, Nepotisme, Rasulullah

introduction : M. Rizkillah
editor : sutong
layout : cakkillah

sample terbang banjari.zip + yaa makkatal asyroofi cover banjari "ayo sholawat"

ya makkatal asyroofi by: mahasiswa uinsa-ma'had annur wonocolo 1. husni hamdani (gresik) 2. m. rizkillah (pacet, mojokerto) 2...