Breaking

Minggu, 08 Desember 2019

PERSEPSI DALAM DUNIA KITA


Opini :




Pada lebih dari dua ratus tahun silam George Berkeley berargumen yakni “Dunia kita adalah persepsi kita. Dunia adalah dunia sebagaimana kita mempersepsikannya”. Sikap kita kepada orang lain dandunia keseluruhannya tergantung kepada persepsi yang bercokol pada pikiran setiap orang.

Kita sering berasumsi di dalam kepala kita yang sebenarnya tidak cocok dengan keadaan yang ada. Persepsi-persepsi kita yang salah menimbulkan konflik dan beberapa ketegangan di dalam hidup manusia, dalam tingkat pribadi ataupun sosial. Ada beberapa orang yang merasa, bahwa kebenaran mutlak harus sesuai 100% dengan kenyataan adalah persepsi, merupakan orang yang hidup dalam delusi. Dalam teori-teori Marxis menyebutnya sebagai ideologi yang meyakni kesadaran palsu tentang dunia.

Siapapun yang hidup dalam ideologi berarti ia hidup dalam kepompong kebohongan. Seluruh pendapat dan pikiran yang lahir dari ideologi sesaat muncul pada kepalanya. Tak heran bila, semua pendapan dan analisis begitu dangkal, karena hanya selalu mengikuti kesepakatan berfikir setiap hari yang ada di masyarakat majemuk. Manusia hidup dengan dipenuhi perasangka dan kesesatan berpikir saat melihat orang lain dan masyarakat.

Anatomi persepsi

Bagaimana persepsi ini terbentuk? Dan darimana asal persepsi yang bermula di kepala kita? Jawaban dalam pertanyaan yang dapat dikatakan dengan tegas di masyarakat era modern ialah media massa. Kita dapat melihat dunia dari kaca mata media yang kita baca sehari-hari. Sangat tidak berlebihan jika kita adalah hasil dari apa-apa yang kita baca sesaat sebelumnya, dalam artian sangat empirik.

Dalam mempersepsikan sesuatu, kita telah dibentuk oleh pengalaman pribadi sebagai manusia. Saat berjumpa dengan orang lain menambah pengaruh persepsi kita terhadap orang tersebut. Tetapi, Karl Popper menegaskan bahwa setiap pengalaman tidak lepas dari pemahaman. Dalam pengalaman tidak ada yang murni, sebab segala bentuk pengalaman selalu dibungkus oleh pra-paham yang sudah ada sejak dulu di kepala kita. Manusia selalu tidak paham dan tidak sadar dengan pra-paham yang muncul pada kepalanya. Sebabnya, mereka kira hanya begitu saja, jika persepsinya merupakan kebenaran, atau mungkin persepsiya sesuai dengan kenyataan yang ada.

Marxis menyebut dalam teorinya bahwa pra-paham sesat yang tak disadari ini disebut juga sebagai hegemoni. Siapapun manusia yang hidup dalam hegemoni akan terjebak dan sesat saat berfikir, meskipun seseorang tersebut tidak menyadarinya.

Pemahaman yang salah dalam hegemoni terlihat seperti benar. Hegemoni bisa membuat orang menjadi terjajah, meskipun seseorang itu tidak merasa terjajah sama sekali. Hegemoni merupakan tingkat menipu yang sangat global, tetapi setiap manusia tidak menyadari bahwah itu sebuah bentuk penipuan. Dan siapakah pencipta dan penemu hegemoni?

Hegemoni Media

Yaitu media massa saat ini lah yang merupakan pencipta sekaligus melestarikan hegemoni. Tetapi, institusi yang netral bukan lah media massa. Dalam setiap pemberitaan yang ada selalu ada kepentingan untuk untuk melestarikan hegemoni. Tujuannya sangat jelas, yakni keadaan sosial politik yang berusaha untuk mereka lestarikan, dan saangat dapat menguntungkan mereka, padahal itu sangat merugikan banyak orang yang membaca media massa.

Dan dapat diartikan ini jika dikatakan tidak berlebihan, media massa dapat dikatakan sebagai aktor sekaligus alat untuk melalukan pencucian secara bersamaan dalam tingkat global. Berita-berita yang terkuak selalu memberitakan dari sudut pandang tertentu yang membuat sudut pandang yang lainnya tertutupi. Dari pemberitaan menimbulkan persepsi, setelah itu dari persepsi itu mengakibatkan brerbagai bentuk kebijakan yang menentukan hidup mati banyak orang. Bahkan, mengentalnya persepsi menjadi sejarah dan sekaligus ingatan kolektif yang menjadi dasar identitas suatu kelompok.

Hegemoni dan ideologi juga melumuri persepsi yang melahirhan bentuk diskriminasi beragama dan rasisme. Hanya karena warna kulit yang berbeda kita dapat membeci orang itu. Tetapi, otak kita telah dicuci oleh pemberitaan dari media, sehingga kita dapat meyimpulkan dengan mudah hal yang sebenarnya salah menjadi benar atas pemberitaa tersebut.

Dari persepsi yang salah semacam ini dapat melahirkan banyak program politik. dari persepsi yang salah ini melahirkan mungkin ada segudang undang-undang di Indonesia, mulai dari soal rekonsiliasi terkait kejahatan pada masa lalu, impor beras, hingga kebijakan bodoh yang mempersoalkan keperawanan pelajar tingkat sekolh dasar. Persepsi yang salah tampak pada berbagai hal, pada tingkat global saat ini. Satu bagian dunia berpesta pora dalam kemewahan ini, sedangkan banyak orang di bagian dunia lain meninggal, karena sumber air bersih yang tidak mencukupi kebutuhan mereka.








Penulis : Aurelia Jesura Widho Pradani
Editor : www.alineasutong.com

Tidak ada komentar:

sample terbang banjari.zip + yaa makkatal asyroofi cover banjari "ayo sholawat"

ya makkatal asyroofi by: mahasiswa uinsa-ma'had annur wonocolo 1. husni hamdani (gresik) 2. m. rizkillah (pacet, mojokerto) 2...